Negara dengan Gelar Juara Piala Dunia Terbanyak
Dalam sejarah Piala Dunia, beberapa negara telah meraih gelar juara lebih dari sekali. Di antara mereka, Brasil berdiri sebagai yang terdepan dengan lima gelar juara. Prestasi gemilang ini mengokohkan posisi Brasil sebagai salah satu kekuatan utama dalam dunia sepak bola. Disusul oleh Italia dan Jerman dengan empat gelar juara.
Keberhasilan tiga negara ini, tidak terlepas dari usaha dan permainan yang efektif yang mereka tunjukkan. Brasil dengan Samba, Jerman dengan kekuatan fisik, dan Italia Catenaccio-nya. Ini adalah beberapa khas sepakbola yang sering kita lihat dan tentunya akan terus berkembang.
Italia (1934, 1938, 1982, & 2006)
Italia bisa dibilang sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah trofi piala dunia terbanyak. Sepanjang sejarah mereka telah menjadi juara sebanyak empat kali. Tim Azzurri memenangkan turnamen pada tahun 1934, 1938, 1982, dan terakhir pada tahun 2006.
Argentina (1978, 1986, 2022)
Argentina telah mengangkat trofi Piala Dunia sebanyak 3 kali, yakni pada tahun 1978 ketika mereka menjadi tuan rumah, pada tahun 1986 pada saat dipimpin oleh legenda Diego Maradona dan yang terakhir pada saat Messi berhasil memenangkan Piala Dunia 2022.
Piala Dunia 1986 di Meksiko dianggap sebagai "Piala Dunia Maradona." karena Diego Maradona berhasil memimpin timnya dengan kemampuan dan kreativitas yang luar biasa. Dalam turnamen ini, Maradona mencetak gol-gol legendaris, termasuk "Gol Tangan Tuhan" dan "Gol Abad" yang menjadi sorotan dunia
Piala Dunia 1938 dan timnas Hindia Belanda: Kakek saya ‘mencetak gol’ di Piala Dunia 1938
Apakah Anda tahu timnas Hindia Belanda, yang dijuluki 'tim kurcaci', pernah membobol gawang Hungaria di laga hidup-mati di Piala Dunia 1938 di Prancis, tetapi kemudian dianulir oleh wasit?
Sumber gambar, javapost
Walaupun digunduli 0-6 oleh Hungaria dalam laga hidup-mati di Piala Dunia 1938 di Prancis, ternyata timnas Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pernah membobol gawang lawannya, tetapi kemudian dianulir oleh wasit.
Para pemain depan tim Hindia Belanda, yang dijuluki 'tim kurcaci', juga dilaporkan mampu menampilkan gaya menggiring bola yang menggiurkan dan bermain terbuka, tetapi lemah dalam bertahan.
Seperti tercatat dalam sejarah, negara Asia pertama yang berhasil tampil di ajang sepak bola dunia bergengsi itu, akhirnya dicukur 6-0 (4-0) oleh tim Hungaria - tim tangguh yang kemudian melaju ke final sebelum ditaklukkan Italia.
Isaac Pattiwael, kelahiran 1914 (dan meninggal dunia pada 1987), gelandang sayap berdarah Maluku, dalam laga itu mampu 'merobek' gawang lawannya yang dijaga kiper legendaris, Antal Szabo, sebelum akhirnya dianulir wasit.
Kisah timnas Hindia 'membobol' gawang Hungaria itu nyaris tak tercatat dalam sejarah piala dunia, tetapi berulang kali diceritakan oleh Isaac Pattiwael kepada orang-orang terdekatnya- termasuk salah-seorang cucunya.
"Tapi yang saya ingat, kakek saya pernah mencetak gol (ke gawang Hungaria, tapi dianulir oleh wasit," ungkap John Pattiwael, salah-seorang cucu Isaac Pattiwael, kepada BBC Indonesia, Kamis (14/06).
Laga tim Hindia Belanda-Hungaria digelar 5 Juni 1938, pukul lima sore waktu setempat, di Stadion Velodorme, di kota Reims, Prancis - sekarang stadion itu diubah menjadi Stadion Auguste Delaune.
Namun demikian, John Pattiwael mengaku tidak ingat persisnya kenapa wasit asal Prancis, Roger Conrie, kemudian menganulir gol yang dicetak kakeknya itu.
Setelah akhirnya kalah 0-6, tim Hindia Belanda itu harus angkat kopor lebih awal, karena saat itu sistemnya menggunakan sistem gugur.
Di hadapan anak dan cucu-cucunya, Isaac sering kali menunjukkan foto-foto lama yang menjadi saksi perjalanannya saat memperkuat tim Hindia Belanda di Piala Dunia 1938 di Prancis, kata sang cucu.
Sumber gambar, Java Post
"Melihat foto itu, ada beberapa muka Indonesia yang hanya beberapa orang saja, sisanya semua bule," ungkap John yang kelahiran 1979 ini.
Dalam berbagai kesempatan, sang kakek selalu bercerita bahwa dirinya sangat bangga sebagai orang Indonesia berdarah Maluku yang pernah tampil memperkuat timnas Hindia Belanda di ajang olah raga bergengsi itu.
"Dia bangga sekali sebagai orang Indonesia, khususnya sebagai pesepakbola dan orang Ambon, yang pernah ke Piala Dunia," ujarnya.
John kemudian teringat kakeknya pernah bercerita bahwa dirinya sangat bangga karena bisa mewakili "orang-orang pribumi" dalam timnas Hindia Belanda di ajang olah raga bergengsi itu.
"Mungkin itu pengalaman sekali dalam seumur hidup bagi seorang Indonesia untuk bisa ke sana (piala dunia)."
Bintang Hungaria: 'Isaac Pattiwael bermain bagus'
Usai laga, masih menurut Goorhoff, pemain timnas Hungaria sekaligus salah-satu bintangnya, Gyorgy Sarosi (yang mencetak gol dalam laga ini) mengaku "pertandingan melawan Hindia Belanda, agak berat."
"Dia mengaku tidak menyangka mendapat perlawanan dari tim Hindia Belanda. Banyak kejutan," ungkap Goorhof, mengutip keterangan Sarosi.
Sumber gambar, Java Post
"Sarosi juga mengakui bahwa sebagian pemain Hindia Belanda tampil menyulitkan mereka."
Kemudian, Sarosi menyebut sejumlah pemain Hindia Belanda yang disebutnya bermain bagus, yaitu Sutan Anwar, Hans Taihuttu, Isaac "Tjaak" Pattiwael, serta Suwarte Soedarmadjie.
"Kemampuan mereka menyundul bola, beberapa kali mementahkan umpan ke Sarosi dan Toldi, dua pemain depan Hungaria," ungkap Goorhoff.
Kiper Hindia Belanda, Mo Heng Tan, yang kelahiran 28 February 1913, menurut Goorhoff, awalnya tampil kurang percaya diri.
"Tapi selanjutnya dia bermain bagus, dan beberapa kali berhasil menyelamatkan gawangnya dari kebobolan."
Pemain Hindia Belanda di Piala Dunia 1938
Kiper: Tan "Bing" Mo Heng (HCTNH Malang), Jack Samuels (Hercules Batavia)
Belakang: Dorst, J. Harting Houdt Braaf Stand (HBS Soerabaja), Frans G. Hu Kon (Sparta Bandung), Teilherber (Djocoja Djogjakarta)
Tengah: G.H.V.L. Faulhaber (Djocoja Djogjakarta), Frans Alfred Meeng (SVBB Batavia), Achmad Nawir (HBS Soerabaja), Anwar Sutan (VIOS Batavia), G. van den Burgh (SVV Semarang)
Depan: Tan Hong Djien (Tiong Hoa Soerabaja), Tan See Han (HBS Soerabaja), Isaac "Tjaak" Pattiwael (VV Jong Ambon), Suvarte Soedarmadji (HBS Soerabaja), M.J. Hans Taihuttu Voetbal Vereniging (VV Jong Ambon Tjimahi), R. Telwe (HBS Soerabaja), Herman Zomers (Hercules Batavia)
Pelatih: Johannes Mastenbroek (Belanda)
KOMPAS.TV - Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menyoroti keikutsertaan Indonesia yang menjadi negara Asia pertama di ajang Piala Dunia pada tahun 1938.
Dalam artikel yang diterbitkan jelang drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Ronde Ketiga, Selasa (25/6/2024), AFC menyoroti Indonesia yang menjadi perintis keikutsertaan negara Asia di FIFA World Cup.
"Setelah dua Piala Dunia pertama pada tahun 1930 dan 1934 tanpa perwakilan Asia, Indonesia - yang saat itu dikenal sebagai Hindia Belanda - mengibarkan bendera Asia di turnamen tersebut untuk pertama kalinya sebagai salah satu dari tiga negara non-Eropa yang berpartisipasi dalam edisi ketiga bersama Brasil dan Kuba," tulis AFC.
"Dipimpin oleh kapten Achmad Nawir, Hindia Belanda langsung menghadapi pertandingan knock-out melawan finalis Hungaria yang akhirnya mengalahkan tim Asia Tenggara tersebut dengan skor 6-0, yang membuat debutan benua itu hanya tinggal sebentar di Prancis."
Karena Perang Dunia, Piala Dunia baru kembali diadakan pada tahun 1950 di mana tidak ada wakil Asia saat itu.
Pada Piala Dunia 1954 di Swiss, Asia kembali mengirimkan wakil yakni Korea Selatan yang juga menjadi debutan.
Namun, sama seperti Indonesia, Korea Selatan juga babak belur dan harus tersingkir di penyisihan grup.
Baca Juga: Timnas Indonesia Pot Terendah, Drawing Babak Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Digelar 27 Juni
"Tidak ada negara Asia yang berpartisipasi pada tahun 1950 ketika kompetisi dilanjutkan setelah Perang Dunia Kedua, tetapi Korea Selatan melakukan debut mereka di Swiss pada tahun 1954. Dan seperti halnya Indonesia, mereka menghadapi tim Hungaria yang menakjubkan dalam pertandingan pembuka mereka," lanjut AFC.
"Tim Magyars yang kuat mencatatkan kemenangan 9-0 melawan Korea dengan legenda Ferenc Puskas membuka dan menutup skor di Zurich. Taeguk Warriors, yang akan menghasilkan hasil terbaik Asia di Piala Dunia FIFA lima dekade kemudian, keluar dari turnamen dengan kekalahan 7-0 dari Turki, dan mengakhiri usaha pertama mereka di dasar grup."
Adapun AFC akan menggelar undian atau drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Ronde Ketiga di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (27/6) lusa.
Dalam drawing yang diikuti 18 negara tersebut, Indonesia yang menjadi negara kedua dengan peringkat FIFA terendah akan berada di pot 6.
Tim Garuda pun harus bersiap untuk menghadapi lawan-lawan kuat kawasan Asia seperti Jepang, Iran, Korea Selatan, Qatar, Australia hingga Arab Saudi.
Pada Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Ronde Ketiga ini, 18 negara bakal dibagi ke dalam tiga grup yang masing-masing diisi 6 tim.
Dua tim teratas dari tiap grup, berhak mendapatkan tiket lolos ke Piala Dunia 2026. Sementara itu, peringkat 3-4 dari tiap grup melanjutkan perjuangannya ke ronde keempat kualifikasi.
Baca Juga: Shin Tae-yong Lebih Pilih Timnas Indonesia Lawan Korea Selatan di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Bagi kamu pecinta sepak bola, piala dunia bukan hanya sekedar pergelaran turnamen dunia biasa. Piala Dunia telah menjadi panggung spektakuler untuk melihat para tim dan pemain kelas dunia beradu kemampuan untuk mendapatkan trofi berlapis emas tersebut. Pada setiap 4 tahun sekali, kamu tentunya disuguhkan momen-momen luar biasa yang memancarkan semangat. Mulai dari gol-gol indah hingga strategi brilian yang akan menjadi sejarah kedepannya. Oleh karena itu, untuk mengingat dan menambah pengetahuan tentang event yang satu ini, berikut adalah daftar juara Piala Dunia dari tahun ke tahun.
Jerman (1954, 1974, 1990, & 2014)
Jerman memiliki sejarah gemilang di Piala Dunia, dengan empat gelar juara yang diperoleh pada tahun 1954, 1974, 1990, dan 2014.
Sebelum menjadi Jerman yang kamu kenal sekaran, Jerman memiliki dua tim ketika mengikuti piala dunia yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur. Adapun ini terjadi karena kondisi politik pada saat itu. Namun, untuk status sebagai juara piala dunia, umumnya dimenangkan oleh Jerman Barat pada tahun 1954, 1974, dan 1990.
'Gaya menggiring yang brilian'
John Pattiwael mengaku tidak mengetahui seperti apa gaya permainan kakeknya dan rekan-rekannya saat itu, tetapi laporan Prancis L'Equipe edisi 6 Juni 1938 menyebut gaya permainan mereka atraktif.
"Gaya menggiring bola pemain depan Tim Hindia Belanda, sungguh brilian...," demikian laporan itu yang dikutip harian The Times (London), "tapi pertahanannya amburadul, karena tak ada penjagaan ketat.."
Sumber gambar, Java Post
Laporan-laporan lainnya menyoroti nama-nama pemain Hindia Belanda yang terdiri suku Jawa, Maluku, Tionghoa, Indo-Belanda, serta pelatihnya yang asal Belanda, Johannes Christoffel van Mastenbroek.
Keberangkatan tim ini didukung NIVU, Nederlandcshe Indische Voetbal Unie - organisasi sepak bola di bawah naungan pemerintah kolonial Belanda, tetapi tidak "direstui" PSSI.
PSSI yang didirikan 8 tahun sebelumnya (1930), dilaporkan tidak mengirimkan para pemainnya. FIFA sendiri lebih mengakui NIVU ketimbang PSSI.
Uruguay (1930 & 1950)
Pemenang pertama turnamen ini yaitu Uruguay yang sekaligus merupakan tuan rumah pertandingan perdana Piala Dunia pada tahun 1930. Pada tahun 1950, mereka juga mengulangi keberhasilan setelah mengalahkan Brasil dengan skor 2-1.
'Pemain Hungaria dikerubuti 11 kurcaci'
Dalam laporannya, Goorhooff menyebutkan pula bahwa tim Hungaria banyak memainkan bola-bola atas, karena rata-rata pemain Indonesia bertubuh pendek.
"Rata-rata tinggi mereka sekitar 160 cm, sementara pemain Hungaria berperawakan tinggi besar," lapornya.
Sejumlah laporan juga menyebutkan, lantaran perbedaan postur tubuh antara kedua tim yang begitu mencolok, wali kota Reims menjuluki Tim Hindia Belanda "mirip kurcaci".
"Saya seperti melihat 22 pesepakbola Hungaria dikerubuti 11 kurcaci," katanya berkelakar.
Sejumlah catatan menunjukkan, para pemain Hindia Belanda, sebagian besar berusia sekitar 25 tahun. Mereka kelahiran antara tahun 1912 dan 1916. Hanya seorang yang kelahiran 1909, yaitu Hans Taihuttu (pemain depan asal klub VIOS Batavia).
Adapun berat badan mereka berkisar antara 65 kilogram sampai 70 kilogram, sedang pemain tertinggi tercatat 178 sentimeter yaitu pemain tengah Frans Meeng (klub VIOS Batavia).
Walaupun demikian, menurut Goorhooff, kehadiran tim Hindia Belanda di Stadion Velodorme, di kota Reims, Perancis, telah menarik perhatian sekitar 9.000 penonton.
"Mereka menarik perhatian dan simpati penonton, karena pemain Hindia Belanda begitu sopan, seperti memberi hormat kepada penonton," ungkapnya.
Sumber gambar, Getty Images
Selayaknya laga internasional, pemain Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, yaitu "Het Wilhelmus".
Timnas Hindia Belanda itu, selain didominasi pemain Batavia (Jakarta), lainnya dari klub Tionghoa Surabaya, SVV Semarang, serta HCTNH Malang.